Istri Ribhi Badawi, Kholoud, bersama tiga anaknya di rumah mereka di wilayah Radwan, Gaza.
tiga tahun itu menangis dan ketakutan. Ia hampir tak tahu apa yang ada di balik ketegangan dan kekacauan yang mencengkeram tanah airnya. Dia memegang erat foto ayahnya, yang menunjukkan bahwa dia masih mengingatnya. Bocah itu tentu akan melakukan yang terbaik untuk dapat melupakan foto-foto yang sangat mengguncang dunia pekan lalu. Karena di wilayah yang identik dengan kekerasan itu pun, cara ayahnya meninggal tampak sangat tidak manusiawi.
Ayah gadis kecil itu dieksekusi secara terbuka di Gaza City karena dituduh sebagai "mata-mata Israel". Jenazahnya lalu diseret di jalanan Gaza oleh para laki-laki yang mengendarai sepeda motor, sambil mengacung-acungkan pistol ke udara. Bersama lima orang lainnya, "kolaborator" atau antek itu dibunuh pada Selasa lalu karena diduga menyediakan informasi intelijen yang memungkinkan Israel menentukan target serangan. Dia ditembak dua kali dan kemudian "disudahi" dengan timpukan sebuah batu besar.
Di tengah kebingungan yang memusingkan pada puncak konflik delapan hari itu, ada sejumlah laporan yang samar-samar bahwa para pengkhianat itu tertangkap basah bersama peralatan pengambilan film berteknologi tinggi. Selain itu, tidak ada hal lain yang diketahui. Tak ada identitas maupun bukti-bukti pendukung lain yang dapat melawan mereka.
Daily Mail terbitan Minggu (25/11/2012) mengungkapkan, pria yang tewas dalam foto-foto itu berusia 37 tahun dan merupakan seorang ayah dari lima anak. Ia bernama Ribhi Badawi dan selama beberapa tahun terakhir menjadi tahanan Palestina di Gaza.
Keluarga, tetangga, dan teman-temannya yakin, tuduhan bahwa ia mata-mata Israel tidak masuk akal. Ada banyak hal yang mendukung pandangan mereka, bukan hanya bahwa sebagai tahanan Badawi dijaga para penjaga bersenjata selama konflik pada pekan lalu itu.
Badawi, lapor Daily Mail, seorang anggota kelompok Islam Jaljalat, yaitu Thunder, yang mendapat inspirasi dari Al Qaeda dan lebih militan dibandingkan Hamas yang kini menguasai Gaza. Dia dipenjara sejak 2009 ketika ia ditangkap atas tuduhan terorisme. Ia diduga salah satu dari beberapa orang yang berencana untuk melancarkan serangan terhadap Hamas.
Keluarga Badawi menyatakan, selama di penjara, ia disiksa sampai akhirnya mengaku bahwa ia pengkhianat. "Ribhi bangga menjadi orang Palestina. Dia mencintai negaranya dengan semangat yang langka dan ia lebih menentang pendudukan Israel ketimbang Hamas," kata istrinya yang kini menjanda, Kholoud.
"Melihat jenazah suami tercinta saya diseret di jalanan seperti binatang, benar-benar mengerikan. Orang-orang yang melakukan itu benar-benar barbar."
Saat duduk di rumahnya yang sempit bersama putrinya yang berusia tiga tahun, Baraa (yang berarti ketulusan), Kholoud kemudian mengungkapkan ironi lain. Suaminya dicari pengadilan militer Israel terkait konspirasi melakukan tindakan terorisme setelah sebuah misi pengeboman yang digagalkan.
Keluarga almarhum menegaskan, eksekusi terhadap dirinya tidak ada hubungannya dengan spionase, tetapi berakar pada persaingan politik dan suku. "Musuh-musuhnya menggunakan perang sebagai alasan untuk membunuhnya," kata istrinya. Ia menuduh orang yang menangkap suaminya pernah terlibat perselisihan dengan suaminya itu.
Badawi mengatakan kepada keluarganya bahwa ia disiksa Hamas selama berbulan-bulan setelah penangkapannya. "Mereka meletakkan senapan mesin di mulutnya dan mengancam akan menembak kecuali dia menandatangani selembar kertas kosong," kata istrinya. "Dia pria tangguh dan dia menolak, tapi setelah 55 hari, ia menyerah dan menandatangani itu. Ia kemudian dituduh melakukan spionase dan terorisme. Dia dijatuhi hukuman mati dan dipenjara sejak itu."
Badawi menulis laporan setebal 20 halaman yang merinci inkonsistensi tuduhan yang menimpanya. "Saya berada di bawah siksaan psikologis dan fisik dan dipaksa menandatangani pernyataan-pernyataan itu," katanya.
Rumah Ribhi Badawi berjarak tidak lebih satu mil jauhnya dari tempat dia tewas di distrik yang terletak di utara pusat kota. Masyarakat yang tinggal di situ menyebut dia sebagai pahlawan lokal. Seorang penjaga toko mengatakan, "Keluarga itu menerima banyak tamu sejak kematiannya. Mereka datang untuk menyampaikan belasungkawa. Jika Ribhi benar-benar dicurigai sebagai pengkhianat, mereka akan menjauh."
Hamas mengatakan tidak bisa mengomentari klaim keluarga itu, tetapi menegaskan kembali pernyataan yang dibuat oleh wakil pemimpinnya bahwa pembunuhan itu "melanggar hukum".
Sumber : http://internasional.kompas.com/read/2012/11/27/07365249/Benarkah.yang.Diseret.di.Jalanan.Gaza.Antek.Israel
0 komentar: